Sabtu, 30 November 2013

Pendidikan Finlandia, no.1 Dunia



SISTEM PENDIDIKAN DI FINLANDIA

A.    PENDAHULUAN
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan definisi di atas, dapat kita temukan 3 (tiga) pokok pikiran  utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Sistem pendidikan Indonesia  yang telah di bangun dari dulu sampai sekarang ini, teryata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global untuk masa yang akan datang, Program pemerataan dan peningkatan kulitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Sementara itu jumlah penduduk usia pendidikan dasar yang berada di luar dari sistem pendidikan nasional ini masih sangatlah banyak jumlahnya, dunia pendidikan kita masih berhadapan dengan berbagai masalah internal yang mendasar dan bersifat komplek, selain itu pula bangsa Indonesia ini  masih menghadapi sejumlah problematika yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan mendasar sampai pendidikan tinggi. Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh yang di harapkan, menurut hasil penelitian The political and economic rick consultacy ( PERC ) medio September 2001, dinyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia ini berada di urutan 12 dari 12 negara di asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam, dan berdasarkan hasil pembangunan  PBB ( UNDP ) pada tahun 2000, Kualitas SDM Indonesia menduduki urutan ke 109 dari 174 negara.[2]
Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang.[3]
Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk memaparkan sistem pendidikan di Finlandia sebagai acuan jika pendidikan di Indonesia akan berkualitas. Karena Negara dengan ibukota Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luar biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.[4]

B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Sistem Pendidikan
      Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti adalah “cara atau strategi”. Dalam bahasa Inggris sistem berarti “system, jaringan, susunan, cara”. Sistem juga diartikan “suatu strategi atau cara berpikir”. Sedangkan kata pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi”, kata tersebut berasal dari bahasa yunani kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid yang artinya anak dan Agagos yang artinya membimbing. Dengan demikian Pendidikan bisa di artikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar para pelajar di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat. Jadi, bisa di simpulkan bahwa sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan di pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.[5]
2.      Sistem Pendidikan di Finlandia
      Finlandia, sebuah negara yang terletak di belahan utara bumi dengan wilayah seluas 338.000 km2 yang dihuni oleh 5,3 juta penduduk, merupakan salah satu negara industri maju dan modern dunia yang terkenal dengan tinggi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Finlandia bertransformasi menjadi negara industri maju dan modern adalah tingginya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Tingginya kualitas dan kompetensi SDM Finlandia merupakan hasil dari perjalanan panjang komitmen kuat pemerintah dan rakyat Finlandia dalam membangun dan mengembangkan sistem pendidikan nasionalnya. Pemerintah dan rakyat Finlandia menyadari bahwa komitmen kuat untuk membangun dan mengembangkan sistem pendidikan nasional merupakan kunci penentu keberhasilan negaranya untuk tetap eksis mempertahankan keberlangsungan hidupnya sebagai negara yang berpenduduk kecil, sumber daya alam yang sangat terbatas dan hidup di tengah kondisi alam yang ekstrim dan kurang bersahabat. Pembangunan negara dan bangsa Finlandia berdiri di atas pilar pendidikan dan penelitian yang berbasis inovasi dan disokong penuh oleh seluruh komponen bangsa.[6]
Revolusi sistem pendidikan Finlandia dimulai sejak tahun 1968, ketika pemerintah memutuskan untuk menghapus sistem pendidikan berjenjang (parallel school system / PSS) dan menggantikannya dengan sistem pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun. PSS merupakan sistem pendidikan yang mengutamakan pendidikan berjenjang bagi seluruh siswa. Sistem ini dinilai tidak efektif karena pada kenyataannya terdapat perbedaan kemampuan murid dalam menerima dan mencerna ilmu yang diberikan. Hal tersebut menimbulkan fenomena pemberian peringkat dan labelisasi ”siswa berprestasi” dan ”siswa tidak berprestasi”, serta ”sekolah favorit” dan ”sekolah tidak favorit”. Kedua fenomena tersebut menimbulkan dampak buruk terhadap mentalitas murid, guru dan institusi pendidikan. Dengan fenomena tersebut, setiap murid tidak menerima kualitas pendidikan yang merata. Ada murid yang dapat mengikuti pendidikan percepatan, dan ada murid yang kerap kali terpaksa mengulang kelas. Oleh karena itu, pemerintah Finlandia beralih menggunakan sistem pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun, di mana seluruh anak pada usia 7-15 tahun menerima materi dan kualitas pendidikan yang sama dan seragam. 
Siswa tidak lagi mengejar angka dan peringkat selama menjalani pendidikan wajib dasar 9 tahun, namun mengejar pemahaman dan penerapan ilmu yang diberikan sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar nasional. Sistem peringkat (ranking), baik peringkat siswa maupun peringkat sekolah (sekolah favorit atau non-favorit), serta sistem evaluasi ujian nasional untuk kenaikan kelas di tiap jenjang pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun dihapus. Pendidikan dasar difokuskan pada upaya pembentukan karakter dan kapasitas dari setiap murid. Upaya ini ditempuh pemerintah Finlandia untuk memeratakan kemampuan seluruh murid tingkat pendidikan wajib dasar. Sudah tentu, hal ini menuntut kerja sama lebih erat antara pemerintah, pihak penyelenggara pendidikan, khususnya para guru, masyarakat, dan orang tua dalam memantau perkembangan pendidikan dan pembelajaran anak murid guna memastikan bahwa tiap-tiap murid tersebut dapat mengikuti dan memahami materi pelajaran yang diberikan di jenjang pendidikan dasar. [7]
      Untuk lebih memperjelas pembahasan tentang system pendidikan di FInlandia, Komponen-komponen yang terdapat pada sistem pendidikan yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, dan alat pendidikan.[8]
a.       Tujuan Pendidikan di Finlandia
      Tujuan utama sistem pendidikan Finlandia adalah mewujudkan high-level education for all. Tujuan tersebut mengupayakan agar seluruh rakyat Finlandia dapat mengenyam pendidikan hingga tingkatan tertinggi, secara merata, dengan kemampuan, keahlian dan kompetensi yang terbaik. Finlandia membangun sistem pendidikan dengan karakteristik yang dilaksanakan secara konsisten, yakni, free education, free school meals, dan special needs education dengan berpegang teguh pada prinsip inklusivitas. Pendidikan dasar Finlandia dikembangkan sedemikian rupa agar mampu menjamin kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menikmati pendidikan terlepas dari faktor gender, strata sosial, latar belakang etnis dan golongan. Fokus utama sistem pendidikan adalah kemerataan pendidikan guna menunjang tingkat kompetensi rakyat dalam menyokong pembangunan nasional berdasarkan inovasi.
      Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan secara gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh warga negara untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang pendidikan, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang perekonomian mereka, guna pengembangan diri, keahlian, kompetensi dan kapasitas seluruh warganegaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam Konstitusi Finlandia. Bab II Seksi 16 Konstitusi Finlandia secara tegas menyatakan bahwa,
      “Everyone has the right to basic education free of charge. Provisions on the duty to receive education are laid down by an Act. The Public authorities shall, as provided in more detail by an Act, guarantee for everyone equal opportunity to receive other educational services in accordance with their ability and special needs, as well as the opportunity to develop themselves without being prevented by economic hardship. The freedom of science, the arts and higher education is guaranteed.”[9]
"Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara gratis. Ketentuan mengenai tugas untuk menerima pendidikan yang ditetapkan oleh Undang-undang. Pihak berwenang publik harus, sebagaimana diatur secara lebih rinci oleh Undang-undang, jaminan untuk semua orang kesempatan yang sama untuk menerima pelayanan pendidikan lainnya sesuai dengan kemampuan mereka dan kebutuhan khusus, serta kesempatan untuk mengembangkan diri tanpa dicegah oleh kesulitan ekonomi. Kebebasan ilmu pengetahuan, seni dan pendidikan tinggi dijamin. "
b.      Pendidik di Finlandia
      Pada tahun 1974, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dan pendidik di seluruh jenjang pendidikan. Sebelum tahun 1974, persyaratan untuk menjadi seorang guru sekolah dasar adalah seseorang yang telah memperoleh ijasah sarjana strata-1 (Bachelor of Arts). Namun dimulai sejak tahun 1979, seorang guru untuk dapat mengajar di jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun haruslah seorang sarjana strata-2 (magister) di bidang pendidikan (Master of Arts on Education). Saringan seleksi para guru diperketat guna memperoleh guru dan tenaga pendidik yang handal dan berkompeten dalam memberikan ilmu kepada seluruh siswa. Guru dan tenaga pendidik serta pengajar diberikan kebebasan dan otonomi dalam menerapkan metoda pengajaran dalam menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Selain itu, meskipun tidak menawarkan gaji yang tinggi, profesi guru merupakan profesi yang sangat diminati dan dihormati di Finlandia.[10]
      Guru-guru Finlandia boleh adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu besar. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Tingkat persaingan lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain seperti fakultas hukum atau kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasil didikan perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas, tak salah jika mereka menjadi guru-guru dengan kualitas luarbiasa. Dengan kualifikasi dan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
      Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Kalau siswa bertanggungjawab, mereka guru bekeja lebih bebas karena tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita hanya menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Di Finlandia guru tidak mengajar dengan metode ceramah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Siswa yang lambat mendapat dukungan secara intensif baik oleh guru maupun siswa lain. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaannya antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk.
      Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar danprilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dll. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan  membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan dan keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!.[11]
      Guru di Finlandia lebih mengedepankan proses pembelajaran dimana siswa dapat menyerap apa yang dipelajari di kelas ketimbang apa yang mereka dapat lakukan diluar kelas. bahkan didalam 1 kelas terdapat 2 guru untuk memberikan hak belajar yang sama pada setiap siswa. “homework doesn’t make you smart”[12]
c.       Peserta didik dan Alat Pendidikan (kurikulum) di Finlandia
      Seluruh anak memiliki kesempatan yang setara untuk menimba ilmu dan mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kompetensinya, terlepas dari perbedaan strata ekonomi, bahasa dan lingkungan tempat tinggalnya.  Seluruh anak di Finlandia juga berhak untuk menikmati pendidikan berkualitas dan berkompeten di lingkungan pendidikan yang kondusif dan aman. Sistem pendidikan yang fleksibel dan kewajiban untuk mengenyam pendidikan dasar menghasilkan kesetaraan dan kualitas yang maksimal.
      Sistem pendidikan di Finlandia memiliki 3 tingkatan, yakni:
1. Pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun (terdiri dari 6 tahun pendidikan dasar dan 3 tahun pendidikan menengah pertama);
2. Pendidikan menengah atas dan/atau sekolah kejuruan (vocational training); dan
3. Pendidikan tinggi (higher education).
       Pendidikan pra-sekolah tersedia bagi anak-anak yang belum memasuki usia wajib sekolah (di bawah usia 7 tahun). Pendidikan dasar adalah tingkat pendidikan umum dasar yang diberikan secara komprehensif dalam periode 9 tahun. Pendidikan menengah atas terdiri dari pendidikan dan pelatihan kejuruan dan pendidikan dasar. Pendidikan tinggi diberikan di berbagai universitas dan politeknik. Pendidikan dan pelatihan kaum muda tersedia di setiap tingkatan jenjang pendidikan. Selain dari pada itu, pendidikan kaum dewasa menawarkan berbagai macam pendidikan dan pelajaran rekreasional yang diharapkan mampu membangun kompetensi dan keahlian penduduk. Di Finlandia, pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan serta pelatihan menengah atas, dilengkapi dengan pendidikan anak di pagi dan sore hari (setelah sekolah), yang disajikan secara koheren dengan pembelajaran di sekolah guna mendukung perkembangan, pembangunan dan kemaslahatan anak didik.
      Transisi siswa dari satu tingkat pendidikan ke tingkat lainnya diatur oleh peraturan perundang-undangan. Ijasah pendidikan umum dan menengah atas merupakan prasyarat yang harus dimiliki untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas dan politeknik.[13]
d.      Pendidikan Pra Sekolah
      Di Finlandia, anak dikenakan wajib belajar ketika ia memasuki usia yang ketujuh. Namun demikian, bagi anak yang belum mencapai usia 7 tahun, mereka dapat menikmati pendidikan pra-sekolah yang disediakan oleh Pemerintah Daerah di bawah pengawasan administratif Kementerian Sosial. Anak yang berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti jenjang pendidikan pra-sekolah di sekolah umum/pemerintah tidak dipungut biaya pendidikan. Selain dari pada itu, siswa pra-sekolah juga disediakan makanan (school meals), pelayanan kesehatan, dan transportasi (apabila rumah mereka berada lebih dari 5 Km) secara gratis. Namun demikian, bagi anak berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti jenjang pendidikan pra-sekolah di pusat penitipan anak akan dikenai biaya yang disesuaikan dengan pendapatan orang tuanya. Di jenjang pendidikan pra-sekolah terdapat konsep ”educational partnership” yang menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung proses pembelajaran anak yang diberikan oleh gurunya di sekolah atau di pusat penitipan anak. Orang tua murid juga turut aktif dilibatkan dalam penyusunan kurikulum daerah yang tetap berpegang teguh dengan kurikulum inti nasional.
e.       Pendidikan Dasar
      Sistem pendidikan Finlandia tidak lagi mengenal sistem pendidikan menengah pertama, atau setara dengan pendidikan di tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Indonesia. Sejak tahun 1968, Finlandia mengadopsi sistem pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun. Sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Dasar No.628 Tahun 1998, seluruh anak yang tinggal menetap di Finlandia, dan telah memasuki usia 7 tahun, wajib mengenyam pendidikan wajib dasar 9 tahun dan berakhir ketika seluruh silabus pendidikan dasar 9 tahun telah diselesaikan, atau 10 tahun sejak dimulainya wajib belajar. Orang tua atau wali murid dalam usia wajib belajar wajib menyekolahkan anaknya untuk mengikuti program wajib belajar. Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk seluruh anak yang tinggal di kekuasaan wilayah administratifnya. Setelah anak menyelesaikan seluruh silabus pendidikan dasar, maka anak tersebut akan menerima sebuah sertifikat yang menyatakan bahwa anak tersebut telah menyelesaikan pendidikan wajib dasar 9 tahun dan berhak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menegah atas (general upper secondary school) atau pendidikan kejuruan (vocational education and training). Dalam jenjang pendidikan dasar 9 tahun, tidak terdapat ujian nasional untuk kenaikan tingkat kelas, maupun ujian nasional untuk kelulusan pendidikan wajib dasar 9 tahun. Anak hanya akan memperoleh penilaian yang diberikan oleh guru di tiap akhir tahun ajaran dan di akhir jenjang pendidikan dasar.[14]
f.       Pendidikan Menengah Atas dan Kejuruan
      Setelah seorang murid telah menerima seluruh kurikulum jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun, maka murid tersebut dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan lanjutan (upper secondary education level). Terdapat dua macam jenjang pendidikan lanjutan, yakni jenjang Pendidikan Menengah Atas dan jenjang Pendidikan Sekolah Kejuruan (vocational education and training). Jenjang pendidikan sekolah kejuruan dibagi ke dalam dua tingkat, yakni pendidikan kejuruan (initial vocational education and training) dan pendidikan kejuruan lanjutan (further vocational education and training). Murid dapat memilih jalur pendidikan mana yang akan mereka jalani.  Kurikulum jenjang pendidikan menengah atas dan jenjang pendidikan sekolah kejuruan ditempuh selama 3 tahun. Namun demikian, setelah seorang murid menamatkan salah satu dari kedua jalur pendidikan tersebut, maka ia berhak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi di Universitas atau Politeknik. Pendidikan menengah atas diselenggarakan berdasarkan mata pelajaran (course-based). Dan berakhir dengan suatu ujian matrikulasi nasional (national matriculation examination). Minimal 4 (empat) materi pelajaran yang diuji dalam ujian matrikulasi nasional, yakni  satu materi pelajaran wajib, yakni ujian bahasa ibu (bahasa Finlandia, Swedia atau Sami), dan selebihnya materi opsional yang dipilih oleh siswa tersebut. Pilihan yang disediakan untuk materi ujian opsional adalah pelajaran bahasa kedua, bahasa asing, matematika dan sebuah mata pelajaran umum lainnya. Murid dimungkinkan untuk mengambil lebih dari 4 materi pelajaran untuk ujian matrikulasi nasional. Hasil ujian matrikulasi nasional akan diproses dan dinilai oleh suatu lembaga independen yang secara khusus ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Finlandia, yakni Badan Ujian Matrikulasi Nasional (National Matriculation Examination Board). Badan Ujian Matrikulasi Nasional tersebut bertugas untuk selama 3 tahun, dan setelahnya akan dibuka proses penunjukan lembaga independen lain yang akan menggantikannya.
g.      Pendidikan Tinggi
      Sistem pendidikan tinggi (dikti) Finlandia terdiri dari 2 sektor, yakni politeknik, dan universitas.  Misi politeknik adalah untuk mencetak dan melatih para ahli untuk mendukung dunia kerja dan melaksanakan riset dan pembangunan yang mampu menyokong pendidikan serta pembangunan daerah. Universitas melaksanakan riset ilmiah dan menyediakan instruksi dan pendidikan paska sarjana. Tujuan inti kebijakan dikti Finlandia adalah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat dan mencetak para ahli terdidik guna memenuhi kebutuhan dunia kerja, khususnya di bidang bisnis dan industri. Untuk memperoleh gelar dari sebuah Universitas, siswa harus mengumpulkan 120 nilai kredit Eropa (ECTS) untuk gelar Sarjana, dan 180 ECTS untuk gelar Magister. Pada umumnya, siswa dapat memperoleh gelar sarjana dalam tempo 2-3 tahun atau 1-2 tahun untuk gelar magister. Di beberapa bidang kekhususan ilmu, seperti kedokteran, gelar kesarjanaan dapat diperoleh dalam tempo waktu yang lebih lama. Setiap siswa diharapkan untuk membuat rencana studi sebagai mekanisme monitoring perkembangan kuliah. Selain faktor pemenuhan nilai kredit kuliah, kelulusan siswa juga ditentukan dari keberhasilan siswa untuk menghasilkan sebuah karya tulis penelitian ilmiah (thesis), baik di tingkat sarjana, maupun magister, di akhir periode kuliah. Beberapa bidang studi sarjana dan magister, siswa juga dipersyaratkan untuk mempertahankan karya tulis penelitian ilmiahnya (thesis defense) di hadapan para dosen, pakar, maupun akademisi. Khusus jenjang doktoral, persyaratan thesis defense merupakan suatu hal yang harus dipenuhi.[15] 
      Suasana belajar dan mengajar yang santai. murid-murid sekolah di finlandia tidak mengenakan seragam saat bersekolah. mereka diizinkan memakai pakaian kasual yang nyaman bagi mereka. hal ini juga berlaku pada guru-guru di sana. tidak ada istilah PR ( pekerjaan rumah ) dalam sisiem sekolah di negri ini. bahkan finlandia tercatat sebagai negara dengan waktu belajar terseingkat di dunia dibanding negara maju lainnya yaitu 4-5 jam per hari. selain itu , guru yang mendampingi dalam 1 kelas ada 3 orang  . 2 guru pengampuh mata pelajaran dan 1 orang guru lagi untuk mendampingi anak secara individual apabila mengalami kendala saat proses belajar berlangsung.[16]
h.      Kurikulum Finlandia
      Salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada assessment atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
      Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota.
      Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas hanya di dalam kelas. siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung. Jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah. tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa bukan? dan ini mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan staff.
Tidak hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak. ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. jadi orantua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.[17]

C.    PENUTUP
        Finlandia berhasil menjadikan dirinya sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik nomor satu di dunia. Hal ini tentu tidak terlepas dari kerja keras dan keseriusan pemerintah untuk melakukan komitmen demi mensukseskan pendidikan nasional. Ada beberapa cara/prosedur dalam sistem pendidikan di Finlandia yang berbeda dengan sistem pendidikan negara lainnya di dunia.
        Finlandia tidak menerapkan sistem stratifikasi sekolah, tidak ada istilah sekolah favorit atau pun sekolah rakyat. Semua sekolah di negara ini adalah sama, namun yang menjadi pembeda adalah opsi pelajaran bahasa dan olah raga. Sehingga setiap orang di sana menentukan pilihan sekolahnya bukan berdasarkan cluster sekolah terfavorit atau termahal, tetapi berdasarkan jenis bahasa dan olah raga yang ingin ia pelajari. Hampir semua sekolah merupakan milik pemerintah. Pemerintah tidak membeda-bedakan antar sekolah, karena setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang sama mapan.
        Finlandia menerapkan konsep testless dalam kegiatan pembelajaran. Artinya, siswa tidak terlalu banyak dibebani oleh tes atau ujian, bahkan tidak ada UTS, UAS, atau ujian nasional seperti yang dilakukan di Indonesia. Siswa menempuh tes hanya ketika ia akan memasuki perguruan tinggi saja. Ujian tidak banyak dilakukan karena ujian adalah alat evaluasi yang sifatnya mengukur kemampuan secara generik dan tidak mampu melihat kecerdasan setiap siswa secara spesifik–karena setiap siswa memiliki tingkat kecerdasan berbeda-beda. Guru di finlandia hanya berfokus pada upaya-upaya untuk mengoptimalkan kecerdasan siswa melalui bimbingan aktivitas pembelajaran di kelas.
        Kualifikasi guru S2 (Master) dan sudah mengikuti pelatihan keguruan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan. Dengan adanya standardisasi pendidikan yang tinggi bagi guru-guru di Finlandia, maka pengelolaan pendidikan akan semakin baik, karena guru adalah subjek yang paling berpengaruh di dalam kelas–sekalipun ketika menerapkan metode student centered.
        Kurikulum bersifat fleksibel. Artinya, kurikulum didesain dan diserahkan kewenangannya pada pemerintah daerah berlandaskan budaya dan kearifan lokal–karena potensi dan karakteristik setiap daerah tidaklah sama. Sehingga masing-masing daerah dapat mengoptimalkan setiap potensinya.
        Pendidikan di Finlandia tidak menerapkan sistem ranking. Karena pendidikan diciptakan sebagai alat untuk bekerja sama, bukan sebagai alat untuk bersaing dan berkompetisi. Sistem ranking dianggap dapat melumpuhkan motivasi siswa untuk belajar.[18]






BEBERAPA HAL YANG MUNGKIN BISA DITIRU, DARI SISTEM PENDIDIKAN YANG ADA DI FINLADIA, DIANTARANYA :
1.      Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan dengan beben pembelajaran yang berat.)
Elinag / Shutterstock.com
(Sumber: NYTimes)
2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.
3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. ( Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal terkadang anak sering tidak diajar ).
Shutterstock / BlueOrangeStudio
(Sumber: NYTimes)
4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. ( Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan  SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat,)
Getty: Tony Lewis
(Sumber: Smithsonian)
5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru dalam dunia pendidikan.
(Sumber: Smithsonian)
6.Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan  per siswa mengungguli  Amerika Serikat.
7.  30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.
8. 66 persen siswa masuk ke perguruan tinggi.Dan tertinggi di erofa
9.  Nyaris semua siswa memilki kemampuan akademis yang merata
10. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.
OnlineDegrees.org
(Sumber: TNR)
11. 93 persen masyarakat Finlandia lulus dari SMA.bahkan17,5  peresen lebih tinggi dari AS .
12. 43 persen dari Finlandia siswa sekolah menengah pergi ke sekolah kejuruan.
13.Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
(Sumber: TNR)
14. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.”
Flickr: Leo-Seta
(Sumber: NYTimes)
15. Finlandia memiliki jumlah  guru sebanyak di  New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000 siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.
16. Sistem sekolah di danai 100 % oleh  negara .
7. Semua guru di Finlandia harus memiliki gelar master, yang sepenuhnya disubsidi.
18. Guru yang dipilih dari 10%  lulusan terbaik di kampusnya ( yang ini jangan bandingkan dengan di Indonesia )
19. Pada 2010, 6.600 pelamar bersaing untuk kuota 660 penempatan di  sekolah dasar
20. Gaji awal rata-rata untuk seorang guru Finlandia adalah $ 29.000 pada 2.008, atau kurang lebih berkisar 30 Juta Rupiah/ Bulan.
21. Guru diberi status yang sama seperti dokter dan pengacara
Pada tingkatan standar internasional , pada tahun 2001 saja, rata rata kemampuan Ilmu pengetahuan, membaca , dan Matematika anak anak Finlandia menempati posisi teratas didunia, melewati US dan negara negara sedemografi dengan finlandia’.





DAFTAR PUSTAKA


[1] Akhmad Sudrajat, Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/, diakses 12 September jam 20.44 WIB.
[2] Sanghiang, Makalah Tentang Sistem Pendidikan Nasional, http://ekookdamezs.blogspot.com/2012/06/makalah-sistem-pendidikan-nasional.html, diakses 12 September jam 20.48 WIB.

[3] Van88, makalah permasalahan pendidikan di Indonesia, http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/ diakses 12 September jam 21.07 WIB.

[5] Ujhreh, Pengertian Sistem Pendidikan, http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-sistem-pendidikan.html#.UjHReH_CXIV, diakses 12 September jam 21.38 WIB.
[6] Bedi Javas, Perubahan Sistem Pendidikan di Finlandia, http://bdjavas.blogspot.com/2013/04/sistem-pendidikan-di-finlandia.html, diakses 9 September jam 21.38 WIB.
[7] Bedi Javas,Loc.cit
[8] Ujhreh, Loc.cit
[9] Bedi Javas, Loc.cit
[10] Bedi Javas, Loc.cit
[11] Lazada, Finlandia : Negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia !, http://biologimediacentre.com/finlandia-negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/, diakses 9 September jam 22.15 WIB.
[12] Masykur Mahmud, Konsep Pendidikan di Finlandia, http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/24/konsep-pendidikan-di-finlandia-465541.html, diakses 9 September jam 22.19 WIB.
[13] Bedi Javas, Loc.cit
[14] Bedi Javas, Loc.cit
[15] Bedi Javas, Loc.cit
[16] Laili Isrami, Finlandia dan Sistem Pendidikan yang memukau, http://11020li.blogspot.com/2012/06/finlandia-dan-sistem-pendidikan-yang.html, diakses 12 September jam 23.21 WIB.
[17] Masykur Mahmud, Loc.cit
[18] Gina Gustina, Kenapa  tidak mencontoh pendidikan ala Finlandia, http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/23/mengapa-tidak-mencontoh-sistem-pendidikan-ala-finlandia-553853.html, diakses 12 September jam 23.39 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar